![]() |
Indonesia Raya di Gontor Dua
|
Peran pesantren di masa penjajahan Portugis, Belanda, Inggris dan Jepang sejak lama memang seperti ‘duri dalam daging’
“Gontor didirikan sejak 1926, jauh sebelum Indonesia merdeka. Dalam perjuangan, Gontor juga turut andil dalam kemerdekaan Indonesia. Karena kita antipenjajah, anti kolononialisme,” sebut Ustadz HM. Hudaya, Lc.M. Ag dalam sambutan ucara kemerdekaan RI ke-74 di Lapangan Hijau, Gontor Kampus 2, Madusari, Siman, Ponorogo (17/8).
![]() |
Dunia Pustaka |
Santri dan perjuangan Indonesia untuk merdeka memang tak terpisahkan. Alm. KH Imam Zarkasyi, satu dari Trimurti pendiri Gontor bahkan menyematkan kalimat menarik.
“Pendidikan yang hanya menciptakan karyawan itu buatan kolonial. Pendidikan seharusnya mencerdaskan bangsa,” katanya seperti di kutip dalam buku “Ajaran Kiai Gontor, 72 Prinsip Hidup KH Imam Zarkasyi.”
Sejarah juga mencatat, pejuang-pejuang masa silam, banyak datang dari santri. Panglima Besar Jenderal Soedirman, Bung Tomo, KH. Hasyim Ashari, Diponegoro, dan masih banyak lagi.
Peran pesantren di masa penjajahan Portugis, Belanda, Inggris dan Jepang sejak lama memang seperti ‘duri dalam daging’.
Kolonialis tak akan pernah tidur nyenyak lantaran Kyai dan para santri kerap melakukan perlawanan. Baik fisik maupun non fisik.
KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadyah salahsatu yang getol membangun perlawanan melalui pena. Munculnya majalah-majalah seperti Suara Muhammadyah, memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat Indonesia.
Tak heran, kalau penjajah merasa kaum muslim -khususnya santri- dianggap menghalangi penghisapan yang mereka lakukan.
“Itu inlaander radikal!” ujar Hamid Arief yang berperan sebagai Scott Heyne, Komandan Polisi Belanda dalam film “Si Pitung” (1970)
(Ponorogo, Dzulhijjah 1440 H)
Silakan Klik
Lengkapi Kebutuhan Anda
No comments:
Post a Comment